Secara administrasi wilayah kelurahan mangkurawang adalah sebagai berikut:

  1. Letak geografis

Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 km2 dan luas perairan kurang lebih 4.097 km2 yang secara geografis terletak antara 115o26’28” BT – 117o36’43” BT dan 1o28’21” LU – 1o08’06” LS dengan batas administratif sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau;
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Kutai Timur dan Selat Makassar;
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasir;
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat;

Secara administratif, Kabupaten Kutai Kartanegara terbagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225 desa/kelurahan. Dengan pertumbuhan penduduk 4,13% per tahun, penduduk dengan kepadatan penduduk rata-rata 20,08 jiwa/km2

         Kelurahan Mangkurawang  merupakan Kelurahan  yang berada di wilayah Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai kartanegara yang terletak di pingiran kota pemerintahan. Sedangkan  tempat fasilitas umum berada di Kelurahan Mangkurawang hanya Pasar Mangkurawang, itupun belum dapat dipergunakan.     Di samping tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, Kelurahan Mangkurawang dilewati aliran Sungai yang berada di Kecamatan Tenggarong sehingga sebagian wilayahnya berada di Bantaran Sungai.

         Kelurahan Mangkurawang sebelumnya sebuah Desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dirubah menjadi Kelurahan Mangkurawang  berada di bawah wilayah administratif Kecamatan Tenggarong.

         Sejak tahun 2009 Kelurahan Mangkurawang dijadikan sebagai unit SKPD tersendiri yang diberikan kewenangan untuk mengelola rumah tangganya sendiri, Mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dilakukan sendiri.dan Berakhir pada tahun 2017 menjadi Perangkat dibawah Kecamatan.

         Luas wilayah Kelurahan Mangkurawang  adalah 22,37  (2.237.000 Ha) dan panjang garis batas 19 Km dengan jumlah Penduduk 8.224  jiwa yang terdiri dari 2.344 KK dimana laki-laki berjumlah  4.193 jiwa dan perempuan  berjumlah   4.031 jiwa  dan terdiri dari 20 RT. Mata pencaharian atau pekerjaan penduduk lebih banyak Petani, pedagang dan karyawan swasta.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Mangkurawang adalah :

  1. Sebelah utara berbatasan dengan, Desa Rapak Lambur dan Kelurahan Loa Tebu
  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Baru
  3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Panji dan Kelurahan Maluhu.
  4. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Mahakam
  • Topografi

Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat di beberapa bagian yaitu wilayah pantai dan DAS Mahakam. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 m dpl.

Jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah ini menurut Soil Taxonomi USDA termasuk kedalam golongan Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptisol dan Mollisol, sedangkan menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvbial, Andosol dan Renzina.

Topografi Kelurahan Mangkurawang lahan kering umumnya bergelombang dan lahan basahnya adalah rawa-rawa ringan yang dapat dikelola menjadi lahan sawah dan usaha perikanan, jenis tanahnya potsolit merah kuning dan lapisan top soil atau tanah humusnya berkisar 10 – 15 Cn, tingkat kemiringannya antara 30 – 35 %, tinggi dari permukaan laut antara 0 s/d 100 meter, tingkat kemasaman tanah (PH)nya 5-5,5.

  • Iklim dan curah hujan

Karakteristik iklim dalam wilayah Kabupaten Kutai adalam iklim hutan tropika humida dengan perbedaan yang tidak begitu tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm per tahun dengan temperatur rata-rata 26oC. Perbedaaan temperatur siang dan malam antara 5-7 oC.

Iklim merupakan komponen ekosistem alam, yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan maupun tanaman. Berdasarkan data curah hujan yang ada, pada musim periode lima tahunan dimana kurang 500 mm sampai dengan sangat basah, hujan lebih dari 700 mm pertahu, dari table curah hujan secara umum beriklim tropis dengan temperature rata-rata 27 C dengan kelembaban relative 86,7 %.

  • Karakteristik lahan menurut ekosistem

Sistem Pengairan diwilayah kelurahan Mangkurawang masih mengandalkan air tadah hujan, bila musim hujan berlebihan air sulit dialirkan (banjir/tergenang), sering terlambat musim tanam atau gagal tanam serta gagal panen, dan bila musim kemarau petani sulit mendapatkan air dan petani kekurangan air karena belum ada pengolahan system air secara baik. Pengaruh pasang surut mahakan hanya sedikit sedikit lahan saja yang belum dikelola menjadi sawah karena kepemilikan lahannya adalah penduduk pribumi dan pemilik yang ditinggalkannya jauh di luar wilayah kelurahan Mangkurawang.

Untuk usaha daerah lahan kering belum dikelola secara maksimal, sebagian diusahakan tanaman sayuran, palawija, buah-buahan dan tanaman perkebunan dan hutan ringan, hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga kerja maupun dana bagi petani pemilik.

  • Kelembagaan Petani

Kelurahan Mangkurawang sejak tahun 1980 telah dibentuk kelompok tani hingga saat ini terdapat 8 kelompok tani, 8 kelompok tani berada di wilayah Spontan Sukodadi yang menjadi pusat kegiatan pertanian.

Dilihat dari perjalanannya atau perkembangan kelompok tani dari tahun ke tahun, dinamika kelompok selalu naik turun, hal ini bias ditinjau dari aspek organisasi, aspek usaha, aspek permodalan, dan aspek kerjasama. Hal ini disebabkan antara lain:

  1. Ketergantungan anggota terhadap pengurus masih tinggi;
    1. Sebagian kelompok meminta bantuan kepada pemerintah sehingga muncullah ketergantungan;
    1. Petani tidak mengetahui fungsi dari kelompok tani sehingga mereka hanya menuntut hak daripada kewajibannya;
    1. Kurangnya perhatian dari pihak terkait;
    1. Kepengurusan kelompok tani yang kurang aktif dan tidak mampu memberikan fasilitas yang ada melalui dinas-dinas terkait;
  • Penduduk

Kepadatan penduduk mencapai rata-rata 20,08 jiwa/km2. Penduduk yang bermukim di wilayah ini terdiri dari penduduk asli (Kutai, Benuaq, Tunjung, Bahau, Modang, Kenyah, Punan dan Kayan) dan penduduk pendatang seperti Jawa, Bugis, Banjar, Madura, Buton, Timor dan lain-lain.

Pola penyebaran penduduk sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai Mahakam merupakan jalur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Mahakam dan cabang-cabangnya.

Daerah-daerah yang agak jauh dari tepi sungai dimana belum terdapat prasarana jalan darat relatif kurang terisi dengan pemukiman penduduk.

Sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara tinggal di perdesaan yakni mencapai 75,7% dan 24,3% berada di daerah perkotaan.  Sementara mata pencaharian penduduk sebagian besar di sektor pertanian 38,25%, industri/kerajinan 18,37%, perdagangan 10,59 % dan lain-lain 32,79%.

  • Perekonomian

Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2017 relatif tidak mengalami pergeseran. Dua sektor yang sangat dominan dan memegang peranan penting dalam perekonomian Kutai Kartanegara karena memberi sumbangan nilai tambah terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan sub sector pertambangan migas dan sub sektor pertanian dengan sub sektor kehutanan.